#jack, medan –
Persoalan pelaksanaan sekolah 5 hari dalam sepekan di Sumatera Utara (Sumut) untuk siswa/i SMA/SMK dan SLB yang kerap mendapat kritik tajam dari DPRD Sumut akhirnya disampaikan secara langsung kepada Kepala Dinas Pendidikan (Kadisdik) Sumut, Alexander Sinulingga.
Hal tersebut disampaikan melalui beberapa anggota Komisi E DPRD Sumut kepada Kadisdik Sumut, Alexander Sinulingga melalui Rapat Dengar Pendapat (RDP) di Ruang Komisi E DPRD Sumut, Selasa (15/7/2025).
“Yang ingin kami pertanyakan, kenapa partisipasi DPRD kenapa tidak dilibatkan. Kajian akademik dari program itu seharusnya juga kami pegang, kami ingin program tersebut dapat konkret bersama kami,” ujar salah seorang anggota Komisi E, Hendra Cipta kepada Kadisdik Alex saat RDP.
Menurutnya, Dinas Pendidikan seharusnya melibatkan sejak awal pelaksanaan program tersebut secara detail, agar DPRD yang menjadi perpanjangan tangan masyarakat dapat terlibat dalam mempersiapkan program tersebut.
“Kami ini harusnya dilibatkan, argumen bapak harus berkelas sedikit menyikapi persoalan ini, jangan menjual alasan lain. Karena sosialisasi terbesar Pak Kadis dalam melaksanakan program itu sebenarnya di DPRD Sumut, bukan hanya kepada kepala sekolah,” ucap Politisi PAN tersebut.
Senada, anggota Komisi E lainnya, Ebenejer, mengkritik Kadisdik Alex secara tajam, akibat dari tidak terciptanya komunikasi yang baik antara Dinas Pendidikan dan DPRD dalam mempersiapkan program Gubernur Sumut, Bobby Nasution.
“Seharusnya jika visi dan misi Gubsu kolaborasi, kenapa program ini tidak dikomunikasikan ke kami?. Harusnya ada pembahasan secara komprehensiflah dengan kami jika ingin berkolaborasi,” tutur Politisi Hanura itu secara tegas.
Sementara itu, Kadisdik Sumut, Alexander Sinulingga menjelaskan, bagaimana perkembangan dalam mempersiapkan program pelaksanaan sekolah 5 hari tersebut di Sumut.
“Proses implementasi pelaksanaan sekolah 5 hari ini sudah melewati diskusi dan rapat internal, serta instrumen yang melibatkan para siswa, orangtua dan stakeholder, serta kajian dari pelaksanaan program tersebut,” ujar Alex.
Menanggapi pertanyaan dari para anggota dewan terkait esensi dari pelaksanaan program tersebut, Alex mengatakan ada beberapa stigma buruk yang harus dihapus dari pandangan publik.
“Bicara urgensi, esensi yang penting, selama ini banyak stigma yang menganggap sekolah ini adalah tempat penitipan anak. Apa yang terjadi dari tumbuh kembangnya anak, seolah dibebankan kepada sekolah,” katanya.
Untuk itu, Alex menyampaikan, salah satu urgensi program tersebut dilaksanakan sebagai bentuk keprihatinan Disdik dalam mensiasati persoalan di tengah masyarakat.
“Padahal kita tahu peran serta orang tua sangat penting, makanya kami ambil space di hari Sabtu untuk diliburkan. Intinya para siswa dapat mendekatkan diri dengan keluarga khususnya orang tua,” tuturnya. ***