#hendrik-rompas, belawan
Akibat cuaca ekstrim di laut, ombak tinggi, angin kencang disertai hujan deras terus menerus mengguyur, seratusan nelayan trdisionil pemancing cumi cumi yang berpangkalan di bantaran Sei Deli Medan Labuhan mengeluh tidak dapat melaut. Bahkan situasi ini mengancam anak keluarga mereka terancam kelaparan
Bagaimana tidak ratusan nelayan tradisionil tersebut, kini hanya menambatkan seluruh kapal kapal ikannya disepanjang Sei Deli dikawasan Jalan Young Panah Hijau Kelurahan Pekan Labuhan Kecamatan Medan Labuhan Kota Medan Provinsi Sumatera Utara.
Kini seratusan ñelayan tradisionil tersebut hanya bisa pasrah menghadapi sutuasi yang saat ini terjadi karena paktor alam.Namun kepapsrahan mereka itu membuat keluarganya makan tak makan karena pada umumnya mata pencarian mereka semuanya hanya sebagai neĺalyan.
Selain cuaca exstrim dilaut, seratusan nelayan tradisionil tersebut,saat ini susah mendapatkan BBM bersubsidi di SPBU yang ada.Jika para nelayan tersebut datang ke SPBU tidak dilayani petugas dengan alasan harus ada ijin dari Dinas Perikanan,tapi ijin tersebut tidak pernah kami dapatkan.
Kami bila mau kelaut terpaksa harus membelinya dari pedagang gelap yang setiap liternya dengan harga Rp 9000 rupiah, jika kami mau melaut tidak punya uang maka,jalan satu satunya harus mengutang dengan para mafia BBM dan sekembalinya dari melaut harus kami bayar dengan harga Rp 10.000 perliternya.Ipun jika hasil melaut kami memperoleh hasil dan jika tidak ada hasil ya mengutang lagi dan kini hutang hutang kami itu menumpuk.
Kata Sitompul (50) mewakili rekan rekannya.
Untuk itu,kami nelayan tradisionil pemancing cumi cumi yang jumlahnya seratus orang ini berharap kepada Kapoldasu menangkap mafia BBM bersubsidi di setiap SPBU yanh menjual BBM Bersubsidi kepada mafia mafia denga harga Subsidi.Kemudian BBM Bersunsidi tersebut dijualnya kepada nelayan dengan harga selangit.
Kami juga berharap kepada Gubenur Provinsi Sumatera Utara dan Walikota Medan untuk segera membantu kami nelayan tradisionil ini.Saat ini kehidupa rumah tangga kami sudah tidak nyaman lagi dan hampir setiap harinya kami bertengkar dengan istri karena mau membeli beras setengah kilo saja kami sudah tidak mampu dan bila cuaca terus exstrim dan BBM mahal pasti seratusan orang dipastikan akan mati kelaparan,jelas Masrani. ***